C
|
elagen, sebuah nama desa yang sangat asing di kalangan orang awam pada umumnya. Begitu pula aku yang tak pernah terbersit di pikiranku bahwa akan singgah di daerah tersebut. Wajar jika orang-orang asing mendengar nama desa Celagen. Desa Celagen terletak di kecamatan Pongok, kabupaten Bangka Selatan, provinsi Bangka Belitung. Letaknya di tengah lautan membuat pulau ini terpencil dari pusat administrasi kabupaten Bangka Selatan.
Namun kali ini, aku benar-benar melangkahkan kaki di desa
Celagen, aku pun tak menyangka bisa sampai kesini. Perguruan tinggi lah yang
membawaku kesini, melalui Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Pengabdian
Masyarakat kami bisa sampai kesini. Bersama 7 teman yang luar biasa dan 1
diantaranya merupakan putri daerah desa ini dan sekaligus yang membuka jalan
bagi kami untuk membuka mata kami tentang kondisi pendidikan di desa ini.
Akses yang sulit pun menjadi rintangan bagi siapapun yang
ingin mengunjungi desa tersebut. Jika perjalanan dimulai dari ibukota Bangka
Belitung yaitu kota Pangkal Pinang, maka perjalanan yang ditempuh harus memakan
waktu yang lebih lama lagi. Dari bandar udara Depati Amir menuju Pelabuhan
Sadai memakan perjalanan darat selama kurang lebih 3 jam perjalanan, dari
Pelabuhan Sadai menuju Pulau Pongok harus berlayar menggunakan kapal pinisi
selama kurang lebih 3 jam perjalanan, itupun jika cuaca bersahabat. Jika tidak,
bisa memakan waktu 5 jam perjalanan. Setelah sampai di pulau Pongok, maka harus
dilanjutkan menggunakan ketek (kapal kecil) selama kurang lebih 5 menit.
Perjalanan kami mulai dengan mengudara dari Palembang
menuju Pangkal Pinang pukul 8 pagi, perjalanan membutuhkan waktu 30 menit. Lalu
dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju pelabuhan Sadai yang memakan waktu 3
jam perjalanan, kondisi cuaca yang baik dan aspal jalan yang baik membuat
perjalanan ini terasa nyaman. Sesampainya di pelabuhan Sadai, kami melanjutkan
perjalanan menggunakan kapal pinisi, perjalanan yang sangat melelahkan berlayar
selama 4 jam. Dan perjalanan kami menuju Pongok disambut dengan terjangan ombak
yang sangat kencang dan mengguncang kapal yang kami tumpangi. Perjalanan yang
melelahkan namun sangat berkesan dan tak bisa dilupakan. Setelah sampai di
Pongok, kami melanjutkan perjalanan selanjutnya mengguakan ketek (kapal kecil)
selama kurang lebih 5 menit).
Aku, awalnya datang kesini karena kewajiban akan
melaksanakan program tersebut, tapi melihat bagaimana sambutan hangat para ibu
dan anak-anak desa Celagen yang sangat antusias di awal kedatangan kami membuat
aku tersentuh. Ini bukan lagi soal hanya kewajiban melaksanakan tugas, namun
melainkan benar-benar sebuah pengabdian kepada masyarakat untuk menggali
potensi desa ini dan membuka mata para mutiara desa ini tentang pendidikan yang
lebih tinggi. Cinta mulai hadir pada saat itu juga. Kami tak saling mengenal
satu sama lain, namun berdasarkan asas kepedulian satu sama lain membuat ikatan
itu terjalin.
Dengan pulau yang kecil sehingga membuat Celagen dipadati
rumah-rumah penduduk di dalamnya. Mayoritas penduduk nya bersuku bugis dan
berprofesi sebagai nelayan. Desa Celagen memiliki pantai yang eksotik nan indah
dengan bebatuan Metamorf, ciri khas pantai wilayah Bangka. Perekonomian desa
Celagen ditopang oleh sektor perikanan.
Di hari pertama aku mulai beraktifitas di desa ini, aku
takjub dengan suasana kekeluargaan yang masih sangat kental di desa ini. Sungguh
tidak pernah aku temukan lagi di kota besar. Bagaimana tidak, di pagi hari aku
disuguhi pemandangan yang sangat menyentuh hati. Di awali dengan arahan untuk
menurunkan kapal melalui pengeras suara masjid desa, tak lama kemudian semua
warga desa langsung menuju pelabuhan dengan membawa peralatan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan arahan tersebut. Oh betapa kagumnya aku.
Tak sampai disitu, para perangkat desa pun menyambut baik
kedatangan kami dan sangat mendukung kegiatan kami. Kepala Desa setempat pun
dengan senang hati mempersilahkan kami menggunakan salah satu bangunan desa
untuk kami jadikan perpustakaan dan menjadi pusat belajar kami saat itu. Betapa
baiknya seluruh perangkat desa dan warga desa kepada kami. Harapan mereka pun
sangat besar, semoga anak-anaknya pun bisa sampai ke perguruan tinggi dan dapat
memajukan desanya.
Dan aktifitas belajar-mengajar pun dimulai, antusias
anak-anak desa Celagen pun sangat luar biasa. Betapa tidak, ruangan pun
dipenuhi oleh mutiara-mutiara desa dengan tatapan bahagia dan penuh harapan
yang besar dalam dirinya. Dari balita hingga remaja berkumpul dalam ruangan
tersebut. Maka bertambahlah semangat kami untuk berbagi bersama mereka.
Mutiara desa Celagen selalu membuatku bangga dengan
semangatnya. Bagaimana di setiap hari nya kelas kami selalu dipenuhi
mutiara-mutiara kecil dari Celagen dengan beribu asa. Semangat yang menggelora
dari setiap anak seolah menghipnotis kami dan seketika itu lelah kami hilang. Yang
paling haru, ketika kelas belum dibuka dan jam belajar belum dimulai, mereka
sudah ramai menunggu dan datang terlebih dahulu dari kami.
Suasana belajar yang berbeda dengan sekolah mereka lah
yang membuat mereka terus bersemangat mengikuti kelas yang kami buat. Salah
satunya belajar wawasan nusantara dan puisi di pantai yang membuat kami pun
banyak mendapatkan inspirasi dan tak terasa lelah dengan pemandangan sekitar
pantai yang indah, dan juga kelas mewarnai dan mendongeng di salah satu ikon
desa Celagen yaitu jembatan panjang. Hal ini semua kami lakukan agar pendekatan
pembelajaran lebih dekat dengan alam.
Dan lingkungan desa Celagen yang sangat kondusif, jauh
dari game online dan terpenuhinya
protein hewani membuat anak-anak di desa Celagen memiliki semangat belajar dan
mencari ilmu yang tinggi, mereka cerdas dan cepat mengerti atas pelajaran yang
baru diberikan, serta fisik mereka pun kuat.
Disini aku mengenal banyak mutiara Celagen dengan mimpi
besar untuk diri nya dan memajukan desanya. Ada sosok Fadhil, anak polos yang
ramah, menyenangkan, dan selalu membuat aku tertawa dengan setiap tingkah nya.
Ada juga sosok Dimas, anak yang rajin dan selalu hadir di setiap harinya dan
bercita-cita sebagai pendakwah. Ada pula sosok Rahmat, anak yang selalu
bersemangat. Pemas, anak yang selalu menemani perjalanan kami di desa Celagen.
Dan Aril, anak cerdas yang ingin menjadi pendakwah dan sekolah tinggi. Adapula para balita yang ikut dalam kegiatan
kami, ada Ferdi, Jumi, Ainun, Aisyah, dan Afdan. Mutiara Celagen yang lucu dan
selalu membuatku gemas akan tingkah mereka. Dan masih banyak lagi
mutiara-mutiara desa Celagen dengan segudang asa nya.
Sungguh, pengalaman singkat yang tak terlupakan bersama
mutiara Celagen, anak-anak yang cerdas, semangat, dan memiliki berjuta asa dan
cita-cita. Tentu menjadi aset yang sangat berharga bagi Celagen. Betapa majunya
desa ini nantinya, ketika mutiara-mutiara tersebut semakin bersinar di masa
depan. Tinggal lagi perhatian yang diberikan oleh pemerintah setempat haruslah
di tingkatkan.
Salam hangat perpisahan pun diberikan dan mengiringi
kepergian kami dari desa Celagen, walau hanya dengan pertemuan singkat ini,
namun ikatan yang terjalin sangatlah kuat. Ah, betapa sedihnya sebuah perpisahan
itu. Terima kasih Celagen.
Dan mutiara desa Celagen ini sekali lagi menggugah hati
kami, membuat kami terharu dengan penerimaan mereka atas kedatangan kami.
Mereka rela memberikan kami bekal sebagai salam perpisahan terakhir kepada kami
dengan menggunakan sampan kecilnya saat detik-detik terakhir kami meninggalkan
Celagen. Sampai jumpa lagi di lain hari, mutiara Celagen. Semoga kalian dapat
terus berkembang dan menginjakkan kaki di perguruan tinggi, dan pulang kembali
ke desa kalian dengan satu tujuan, memajukan Celagen.
Perjalanan panjang pun kembali dimulai. Kali ini kami
dihantarkan oleh ombak yang tenang seperti isyarat bahwa alam pun ikut
menghantarkan kami dan mengucapkan salam perpisahannya. Sehingga kami dapat
pulang dengan nyaman. Dan kami melanjutkan perjalanan ini dengan sangat luar
biasa mengesankan. Kami menuju bandara menggunakan pick-up terbuka, pengalaman
yang sangat luar biasa. Berjam-jam diatas pick-up tak menyurutkan semangat
kami. Perasaan bangga menghiasi sepanjang perjalanan kami.
Dan kini, aku
sangat bangga telah mengenal kalian (Gede, Danny, Erliza, Salmah, Nisa, Jum,
Umi), pernah berjuang bersama, berkorban bersama, dan memiliki pengalaman yang
sama. Dan akupun berterima kasih kepada Allah sudah mempertemukan teman-teman hebat
seperti kalian. Semoga yang kita lakukan dapat melahirkan generasi yang hebat
untuk desa Celagen dan memajukan Indonesia.
Comments
Post a Comment